Rabu, 29 September 2010

Dunia
Ayo Ikut Selamatkan Bumi dari Badai Matahari
Semburan radiasi Matahari dapat melumpuhkan sistem telekomunikasi dan mengancam kehidupan.
Selasa, 9 Maret 2010, 10:11 WIBi
Badai Matahari (BBC)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Tak hanya Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang bisa berinisatif meluncurkan roket untuk mengantisipasi efek badai Matahari. Kita pun bisa berpartisipasi menyelamatkan Bumi.

Caranya? Ada banyak laman yang yang memberikan kesempatan pada Anda untuk menyelamatkan dunia, salah satunya www.solarstormwatch.com.

Laman itu memberi kesempatan pada user untuk membantu pada ilmuwan menemukan lokasi badai Matahari -- sebelum menimbulkan kerusakan di Bumi.

Laman ini dibangun atas kerjasama Royal Observatory Greenwich, Dewan Fasilitasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Laboratorium Rutherford Appleton dan situs Zooniverse.

"Ketika Anda melihat langsung ke arah Matahari, tentu saja itu terlalu terang bagi mata untuk melihat dengan benar," kata Dr Marek Kukula dari Royal Observatory seperti dimuat laman BBC.

Matahari hanya bisa diamati dengan instrumen khusus dan teleskop.

Sejauh ini NASA sudah memonitor Matahari menggunakan dua pesawat ruang angkasa yang disebut 'Stereo'. Roket ini menghasilkan gambar - gambar situasi terakhir Matahari.

Namun, jumlah data yang luar biasa banyak membuat ilmuwan NASA tidak mampu untuk menganalisa data serinci mungkin. Mereka membutuhkan bantuan para pengguna internet.

Para pengguna laman stormwatch bisa mengakses gambar 3D yang dihasilkan Stereo.

Namun, para user harus menjalani pelatihan singkat tentang identifikasi badai matahari. Pelatihan dasar menggunakan gambar matahari berwarna.

Jika dinyatakan lolos, user akan dilatih menggunakan gambar dari satelit Stereo yang hitam putih bintik-bintik -- seperti gambar TV rusak.

Para user juga dibekali sejumlah pengetahuan, termasuk cara membedakan komet, halo, maupun debu Matahari.

"Sekecil apapun informasi sangat penting artinya," tambah Kukula.

"Saya sudah bicara dengan beberapa ilmuwan yang terlibat dan mereka semua setuju bahwa meskipun Anda log-on dan hanya melakukan pengamatan selama beberapa jam, lalu bosan dan tidak pernah menyentuhnya lagi-- itu semua sangat berguna dan membantu," lanjut dia.

Menurut ilmuwan, Chris Davis, akan ada 100.000 foto yang diterima dari Stereo dalam waktu dua setengah tahun. "Kami membutuhkan sebanyak mungkin orang untuk menelaah data itu. Sebab, pendapat satu orang sifatnya baru opini," kata dia, seperti dimuat laman Storm Watch.

Badai Matahari akan menimbulkan ledakan besar yang melontarkan miliaran ton materi ke angkasa luar.

Kalau itu menyentuh bumi, saat itulah masalah terjadi. Semburan radiasi dari Matahari dapat melumpuhkan sistem telekomunikasi, menyebabkan kerusakan dan bahkan membahayakan kehidupan.

Dunia
49 Tahun Setelah Yuri Gagarin Mengangkasa
Pada 12 April 1961, Yuri Gagarin menjadi manusia pertama di luar angkasa.
Selasa, 20 April 2010, 15:24 WIB
Yuri Gagarin, manusia pertama di luar angkasa (kosmosflot.blogspot.com)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Tonggak sejarah perjalanan manusia ke ruang angkasa diawali pada 12 April 1961.

Kosmonot Uni Soviet, Yuri Gagarin, yang saat itu baru berusia 27 tahun, mencatatkan diri sebagai manusia pertama yang terbang ke luar angkasa.

Dengan pesawat luar angkasa Vostok 1, Yuri Gagarin berada di orbit Bumi selama 108 menit. Sebuah perjalanan yang mengubah sejarah manusia. Prestasi inilah yang kemudian membuat Presiden AS JF Kenedy, terobsesi untuk mendaratkan astronot AS di Bulan.

Namun, Yuri Gagarin tak lama menikmati status tenarnya sebagai manusia pertama di luar angkasa. Gagarin meninggal pada tanggal 27 Maret 1968, ketika pesawat MiG-15 yang dia piloti jatuh di dekat Moskow.

Kini, 49 tahun perjalanan Yuri Gagarin menembus langit bukan hanya diaku sebagai bagian sejarah Uni Soviet yang telah pecah, namun sejarah dunia.

Pada 12 April 2010, perayaan memperingati jejak sejarah Yuri Gagarin tak hanya dilangsungkan di berbagai negara di dunia, dari New York , Washington DC, Los Angeles, London, Tokyo, Moskow, Sydney, Beijing, Delhi, hingga Nairobi.

"Hari Yuri Gagarin' bahkan diperingati di luar angkasa.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev meminta para penghuni Stasiun Antariksa Internasional yang terdiri dari tiga kosmonot Rusia, dua astronot Amerika dan satu astronot Jepang memperingati dua tonggak penting dalam perjalanan ruang angkasa.

Selain mengingat perjalanan Yuri Gagarin, di hari yang sama, juga diperingati 29 tahun peluncuran pesawat ulang alik pertama.

"Ruang angkasa adalah sesuatu yang menyatukan kita semua. Ini adalah isu global, " kata Medvedev pada para astronot dan kosmonot, seperti dimuat laman The Globe and Mail.

Tiga hari kemudian, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyuarakan mimpi fantastis misi luar angkasa Amerika Serikat.

Sama dengan langkah John F Kennedy pada 1961 yang bercita-cita mengirim astronot ke Bulan -- yang berhasil diwujudkan pada 1969, Obama ingin membuat terobosan baru.

Pada 2025, AS akan memiliki pesawat luar angkasa baru yang dirancang untuk perjalanan jarak jauh.

Juga, misi luar angkasa yang melampaui Bulan -- ada orang-orang terpilih yang akan menjelajah belantara ruang angkasa.

"Kita akan memulai dengan mengirim astronot ke asteroid untuk kali pertamanya dalam sejarah," kata Obama, seperti dimuat laman Daily News, Jumat 16 April 2010.

"Pertengahan tahun 2030-an, saya yakin kita akan bisa mengirim manusia ke orbit Mars dan mengembalikan mereka dengan selamat ke Bumi," kata Obama.

"Selanjutnya, kita akan mengirim manusia pertama yang akan menginjakkan kaki di Mars. Saya harap ada di sana untuk menyaksikannya," kata Obama, optimistis.

Obama: Kirim Astronot ke Asteroid, Lalu Mars!
Ekspedisi Mars akan jadi prestasi kolosal -- seperti mengirim manusia pertama ke Bulan.
Jum'at, 16 April 2010, 08:51 WIB
Elin Yunita Kristanti
Bongkahan es di Planet Mars (www.space.com)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengutarakan visi penjelajahan luar angkasa Amerika Serikat pada Kamis, 15 April 2010.

Salah satu proyek fantastis yang diutarakan Obama adalah mengirim astronot ke asteroid dan lalu Mars.

"Saya berharap dapat menyaksikan mimpi itu terwujud," kata Obama, di pangkalan pesawat luar angkasa, Kennedy Space Center -- di mana manusia pertama ke Bulan diberangkatkan, seperti dimuat laman Daily News, Jumat 16 April 2010.

Perjalanan ke asteroid adalah perintis, sebelum mewujudkan mimpi besar -- ekspedisi ke planet merah, Mars, yang akan jadi prestasi kolosal yang dicatat sejarah. Sama halnya ketika mengirimkan manusia pertama ke Bulan.

"Kita menginginkan lompatan di masa depan. Tidak menapak terus di jalan yang sama," kata Obama.

Obama tak memprediksi kapan mimpi itu bisa terwujud. Tapi, kata dia, pada 2025, AS akan memiliki pesawat luar angkasa baru yang dirancang untuk perjalanan jarak jauh.

Juga, misi luar angkasa yang melampaui Bulan -- ada orang-orang terpilih yang akan menjelajah belantara ruang angkasa.

"Kita akan memulai dengan mengirim astronot ke asteroid untuk kali pertamanya dalam sejarah," kata Obama.

"Pertengahan tahun 2030-an, saya yakin kita akan bisa mengirim manusia ke orbit Mars dan mengembalikan mereka dengan selamat ke Bumi. "

"Selanjutnya, kita akan mengirim manusia pertama yang akan menginjakkan kaki di Mars. Saya harap ada di sana untuk menyaksikannya," kata Obama, optimistis.

Apa yang diucapkan Obama mirip deklarasi Presiden john F Kennedy pada 1961. "Saya percaya bangsa ini akan mewujudkan mimpi, sebelum dekade ini berakhir, mendaratkan manusia ke Bulan dan kembali dengan selamat ke Bumi," kata Kennedy saat itu.

Pada tahun 1969, mimpi itu terwujud.

***

Mimpi Obama menuai kontroversi. Ada pro dan kontra. Terutama soal pendaratan ke asteroid -- benda luar angkasa yang sering menubruk Bumi dan bahkan mengakibatkan bencana.

Asteroid juga yang disalahkan atas kepunahan spesies dinosaurus.

Namun, menurut ilmuwan luar angkasa, George Washington University, John Logsdon menilai langkah Obama sangat positif.

Pendaratan ke asteroid akan memberi petunjuk pada para ilmuwan, bagaimana untuk menangani asteroid yang mungkin akan jadi sumber bencana bagi umat manusia di masa depan.

Apalagi, perjalanan ke asteroid yang tanpa gravitasi, lebih mudah dan murah dari pada ke Bulan.

"Obama mengatakan hal yang benar, soal komitmen eksplorasi luar angkasa," kata Logsdon.
Perkenalkan R2, Robot Astronot NASA
Tak hanya bentuknya yang seperti manusia, R2 juga mirip cara kerja manusia.
Rabu, 21 April 2010, 16:01 WIB
R2, Robot Astronot NASA (NASA)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, akan mendapatkan awak baru di luar angkasa. Astronot baru NASA ini unik, karena dia bukan manusia, tapi robot yang menyerupai manusia.

Robot ini akan dikirim ke luar angkasa tahun ini. Astronot robot bernama Robonaut 2 atau R2 akan menjadi penghuni tetap stasiun luar angkasa internasional.

Astronot robot ini merupakan proyek kerjasama antara NASA dengan General Motors (GM)-- perusahaan mobil asal Amerika Serikat.

Spesifikasi R2 tak sembarangan. Dia harus bisa menjadi asisten dan bekerja bersama manusia, baik astronot di luar angkasa maupung pekerja GM di Bumi.

Robot R2 seberat 300 pon itu terdiri dari kepala, badan, dengan dua lengan dan dua tangan. R2 akan diluncurkan bersamaan dengan peluncuran pesawat ulang alik Discovery , sebagai bagian dari misi STS-133 yang direncanakan September mendatang.

Sementara R2 mengangkasa, para insinyur di Bumi akan terus memonitor kerja robot tersebut di ruangan tanpa bobot.

Untuk sementara, aktivitas R2 akan dibatasi di laboratorium Destiny. Namun, di masa mendatang, dengan modifikasi tambahan, akan memungkinkan robot ini bekerja lebih luas, di luar atau di dalam kompleks stasiun luar angkasa.

"Proyek ini mewujudkan janji bahwa di masa depan, robot bisa bekerja di luar angkasa maupun di Bumi. Tak hanya untuk menggantikan manusia, tapi juga bekerja bersama manusia," kata Direktur Sistem Eksplorasi NASA Washington, John Olson, sperti dimuat laman NASA.

"Gabungan potensi robot dan manusia, akan memungkinkan kita untuk pergi jauh, mencapai lebih dari apa yang mungkin bisa kita bayangkan hari ini.

Tak hanya bentuknya yang seperti manusia, R2 juga mirip cara kerja manusia, bahkan bisa menggantikan manusia dalam tugas-tugas berbahaya.

Untuk saat ini, R2 masih berbentuk prototipe dan tidak memiliki perlindungan yang memadai untuk ada di luar stasiun ruang angkasa dalam temperatur ekstrim.

Perkenalkan R2, Robot Astronot NASA
Tak hanya bentuknya yang seperti manusia, R2 juga mirip cara kerja manusia.
Rabu, 21 April 2010, 16:01 WIB
R2, Robot Astronot NASA (NASA)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, akan mendapatkan awak baru di luar angkasa. Astronot baru NASA ini unik, karena dia bukan manusia, tapi robot yang menyerupai manusia.

Robot ini akan dikirim ke luar angkasa tahun ini. Astronot robot bernama Robonaut 2 atau R2 akan menjadi penghuni tetap stasiun luar angkasa internasional.

Astronot robot ini merupakan proyek kerjasama antara NASA dengan General Motors (GM)-- perusahaan mobil asal Amerika Serikat.

Spesifikasi R2 tak sembarangan. Dia harus bisa menjadi asisten dan bekerja bersama manusia, baik astronot di luar angkasa maupung pekerja GM di Bumi.

Robot R2 seberat 300 pon itu terdiri dari kepala, badan, dengan dua lengan dan dua tangan. R2 akan diluncurkan bersamaan dengan peluncuran pesawat ulang alik Discovery , sebagai bagian dari misi STS-133 yang direncanakan September mendatang.

Sementara R2 mengangkasa, para insinyur di Bumi akan terus memonitor kerja robot tersebut di ruangan tanpa bobot.

Untuk sementara, aktivitas R2 akan dibatasi di laboratorium Destiny. Namun, di masa mendatang, dengan modifikasi tambahan, akan memungkinkan robot ini bekerja lebih luas, di luar atau di dalam kompleks stasiun luar angkasa.

"Proyek ini mewujudkan janji bahwa di masa depan, robot bisa bekerja di luar angkasa maupun di Bumi. Tak hanya untuk menggantikan manusia, tapi juga bekerja bersama manusia," kata Direktur Sistem Eksplorasi NASA Washington, John Olson, sperti dimuat laman NASA.

"Gabungan potensi robot dan manusia, akan memungkinkan kita untuk pergi jauh, mencapai lebih dari apa yang mungkin bisa kita bayangkan hari ini.

Tak hanya bentuknya yang seperti manusia, R2 juga mirip cara kerja manusia, bahkan bisa menggantikan manusia dalam tugas-tugas berbahaya.

Untuk saat ini, R2 masih berbentuk prototipe dan tidak memiliki perlindungan yang memadai untuk ada di luar stasiun ruang angkasa dalam temperatur ekstrim.

NASA Tampilkan Foto Matahari Dari Dekat
Gambar matahari secara dekat ini belum pernah disaksikan sebelumnya
Kamis, 22 April 2010, 14:43 WIB
Foto letupan matahari yang diambil dari satelit NASA (AP Photo/NASA)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mempublikasikan foto pertama hasil jepretan sebuah satelit baru yang didesain untuk mempelajari matahari, Rabu 22 April 2010.

Satelit Solar Dynamics Observatory (SDO) mulai menampilkan rangkaian gambar yang belum pernah disaksikan sebelumnya, diantaranya sebuah foto close-up dari permukaan matahari dan gambar beresolusi tinggi dari lidah api matahari.

Satelit SDO diluncurkan pada 11 Februari lalu dengan tujuan memberikan informasi mengenai aktivitas matahari dan memprediksi kemungkinan terjadi badai matahari suatu saat nanti.

"Foto awal ini menunjukkan matahari yang dinamis yang belum pernah saya lihat dalam lebih dari 40 tahun penelitian matahari," kata direktur Heliophysics Division NASA, Richard Fisher, seperti dikutip dari laman harian Herald Sun.

"SDO akan mengubah pemahaman kita mengenai matahari dan proses matahari yang mempengaruhi kehidupan kita dan masyarakat. Misi ini akan memiliki dampak besar bagi ilmu pengetahuan, mirip dengan dampak dari teleskop Hubble dalam astrofisika modern," lanjut Fisher.

Fisher menambahkan, satelit SDO beroperasi dengan sempurna. SDO membawa tiga paket instrumen yang salah satunya dirakit oleh Laboratorium Atmosfer dan Fisika Luar Angkasa. Dua instrumen lainnya dirancang oleh Lockheed Martin di Palo Alto, California.

SDO mengorbit Bumi sekali setiap 24 jam, mengirimkan data secara terus-menerus pada para ilmuwan ahli Matahari. SDO akan mengirimkan gambar dengan resolusi 10 kali lipat lebih baik dari kamera televisi tercanggih.

Foto Tempat Lahir Bintang Bidikan Hubble
Foto menakjubkan ini diluncurkan untuk merayakan 20 tahun peluncuran Teleskop Hubble.
Sabtu, 24 April 2010, 07:16 WIB
Foto bidikan teleskop Hubble (NASA)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Teleskop Hubble pekan ini merayakan 20 tahun peluncurannya ke luar angkasa. Para ilmuwan Hubble merayakan tonggak sejarah teleskop legendaris ini dengan meluncurkan sebuah foto baru yang menakjubkan, pilar debu nebula yang berbentuk seperti gunung.

Foto menakjubkan itu adalah bagian kecil Nebula Carina -- satu dari tempat lahir bintang terbesar di galaksi kita.

Hubble memotret bagian atas pilar gas dan debu berusia tiga tahun cahaya yang dimakan oleh bintang terang di sekitarnya.

Juga terlihat pilar tersebut didorong terpisah dari dalam, seolah-olah bayi bintang terkubur di dalam pancaran gas.

Foto itu mengingatkan kita pada karya klasik Hubble, 'Pilar Penciptaan' yang diambil pada tahun 1995. Namun, foto bidikan Hubble saat ini lebih terang.

Teleskop luar angkasa Hubble diluncurkan pada 24 April 1990, oleh pesawat ulang-alik ruang Discovery selama misi STS-31.

Temuan Hubble dan gambar-gambar yang dihasilkan merevolusi penelitian astronomi, dari ilmu planet hingga kosmologi.

"Tak diragukan, Hubble adalah proyek paling dikenal dan paling sukses sepanjang sejarah," kata staf Direktorat Misi Sains di Markas NASA di Washington, Ed Weiler, seperti dimuat laman Space.com, 23 April 2010.

Misi perawatan Hubble Mei 2009 lalu membuat teleskop ini bekerja maksimal dan berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Hubble menjadi 100 kali lebih kuat dari dua dekade yang lalu ketika pertama kali diluncurkan.

Saat ini, Hubble telah mengamati lebih dari 30.000 target luar Bumi dan mengumpulkan lebih dari setengah juta gambar. (jno)

Foto Carina Nebula bidikan Hubble

Asteroid Themis Curi Perhatian Ilmuwan
Pengamat benda-benda antariksa menemukan lapisan air dalam bentuk es di permukaan asteroid
Jum'at, 30 April 2010, 21:13 WIB
Asteroid (Corbis)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Terdapat jutaan asteroid di sabuk asteroid antara Planet Mars dan Yupiter. Namun, satu asteroid mencuri perhatian para peneliti sejak Rabu lalu. Pasalnya, para pengamat benda-benda antariksa menemukan lapisan air dalam bentuk es dan juga molekul organik di permukaan asteroid bernama 24 Themis tersebut.

Seperti dikutip dari laman CBS News, penemuan lapisan es pada permukaan 24 Themis tersebut bisa menambah bukti bahwa air di bumi, yang sangat berharga bagi kehidupan manusia, dibawa oleh batu-batu langit seperti asteroid 24 Themis ke bumi.

Dua tim peneliti mengambil gambar sinar inframerah pada 24 Themis yang memiliki diameter 120 mil dan ditemukan pada 1853. Permukaan asteroid sangat luas, tetapi dengan lapisan tipis bersuhu rendah (dingin). Lapisan tersebut kemungkinan otomatis tergantikan oleh sumber air beku jauh di dalam batu asteroid, yang sebelumnya diduga kering dan kosong.

Lebih dari empat miliar tahun lalu, setelah tumbukan besar antara Bumi dan objek lain berukuran raksasa sehingga menciptakan bulan, Bumi dalam kondisi kering kerontang. Kemudian, dalam periode Late Heavy Bombardment di mana asteroid-asteroid menabrak Bumi, es yang dibawa oleh objek raksasa tersebut menjadi sumber air bagi Bumi.

Peride tumbukan tersebut, yang terjadi hampir empat miliar tahun lalu, menyebabkan bulan berpenampilan "keriput." Sebuah studi pada 2005 memperkirakan bahwa antara tiga sampai delapan zettagram material terpental ke bulan saat terjadi tumbukan asteroid-asteroid dengan Bumi (zetta berarti miliaran kali satu triliun). Material yang menghantam bulan juga menyebabkan banyak bebatuan kemudian terpental ke Bumi.

Asteroid merupakan benda langit yang makin menarik untuk dipelajari. Baru-baru ini pesawat angkasa luar Jepang yang menjadi pesawat pertama yang menyentuh sebuah asteroid, kini sedang dalam perjalanan kembali ke Bumi.

Para ilmuwan berharap, ada harapan besar yang ikut dibawa pulang bersama pesawat yang akan tiba pada Juni mendatang.
Hawking: Kita Bisa Pergi ke Masa Depan
Jika bisa ke masa lalu dia mengaku ingin mengunjungi Marilyn Monroe.
Senin, 3 Mei 2010, 15:45 WIB
Stephen Hawking (AP Photo)
BERITA TERKAIT

VIVAnews - Setelah mengeluarkan pernyataan menghebohkan tentang keberadaan mahluk luar angkasa, astrofisikawan Stephen Hawking kembali membuat kontroversi.

Tak lagi peduli dicap 'ilmuwan gila', Hawking kembali mengeluarkan teori kedua yang juga mengejutkan.

Mempersiapkan kemunculannya dalam dokumenter di Discovery, Stephen Hawking's Universe, yang tayang minggu depan, 9 Mei 2010, dia mengaku yakin manusia bisa menjelajah waktu.

Manusia, menurut Hawking, bisa menjelajah waktu hingga jutaan tahun ke masa depan untuk mengisi dan memulai lagi peradaban Planet Bumi yang telah hancur lebur.

Suatu saat nanti, ucap Hawking, akan ada pesawat penjelajahan luar angkasa yang bisa terbang lebih cepat dari kecepatan cahaya. Satu hari penjelajahan di luar angkasa sama dengan satu tahun di Bumi.

Hingga kini, kendaraan tercepat yang mampu dibuat manusia adalah roket Apollo 10, yang mampu berjalan di kecepatan 25.000 mil per jam. Namun untuk menjelajah waktu dibutuhkan 2.000 kali lipat dari kecepatan Apollo.

Sebagai landasan teorinya, Hawking memakai pendekatan ilmuwan, Albert Einstein yang mengatakan, ketika sebuah obyek mempercepat geraknya di sebuah ruang, waktu akan melambat di sekitar obyek tersebut. Ini juga berarti, teori Hawking hanya bisa diaplikasikan untuk menjelajah masa depan.

Sementara, pergi ke masa lalu adalah sesuatu yang tak masuk akal. Sebab, kata Hawking, itu merusak aturan fundamental yakni, 'sebab datang lebih dulu sebelum akibat'.

Jika orang bisa kembali ke belakang, berarti dia bisa menembak dirinya di masa lalu.

Dia menjelaskan, ketika pesawat luar angkasa mendekati kecepatan cahaya, kru pesawat bisa memulai melompati tahun-tahun bumi dalam hitungan hari. Ini memberi kesempatan pada manusia untuk kembali mengawali peradabannya.

"Butuh waktu enam tahun dalam energi maksimal untuk mencapai kecepatan ini," kata Hawking, seperti dimuat laman News.com.au, Senin 3 Mei 2010.

Dua tahun pertama, jelas dia, pesawat luar angkasa akan mencapai setengah dari kekuatan cahaya yang ditargetkan dan jauh di luar tata surya. "Setelah dua tahun, pesawat akan melaju pada 90 persen kecepatan cahaya," tambah dia.

Dua tahun berikutnya, dengan dorongan penuh, pesawat luar angkasa akan mencapai kecepatan penuh, 98 persen dari kecepatan cahaya. "Saat itu, satu hari di pesawat setara dengan setahun di Bumi."

"Dalam kecepatan seperti itu, perjalanan ke tepi galaksi akan hanya butuh 80 tahun di angkasa."

Hawking mengakui bahwa ia terobsesi dengan perjalanan waktu. Kepada Daily Mail, jika bisa ke masa lalu dia mengaku ingin mengunjungi Marilyn Monroe atau di masa kehidupan Galileo saat dia mengarahkan teleskopnya ke 'surga' angkasa.

Hawking mengatakan semakin tua, ia peduli tentang apa yang dipikirkan orang-orang tentang teori. Bahkan tak khawatir disebut gila.

"Penjelajahan waktu yang dulunya dianggap bid'ah ilmiah, aku sudah terbiasa menghindari pembicaraan itu karena takut disebut pengrusak."Hari ini aku tidak merasa perlu begitu hati-hati," kata Hawking.

"Meski aku tak bisa bergerak dan hanya bisa bicara melalui komputerku. Tapi, pikiranku bebas, bebas untuk mengekplorasi alam semesta dan mempertanyakan pertanyaan besar, apakah penjelajahan waktu itu mungkin? Bisakah kita membuka portal ke masa lalu atau menerobos ke masa depan."

Profesor Universitas Manchester, Brian Cox mengatakan kepada The Times bahwa teori Hawking dilandasi basis ilmiah yang teruji dalam penelitian oleh Large Hadron Collider di Jenewa.

Kamis, 09 September 2010

WASPADAI DAMPAK CUACA ANTARIKSA TAHUN 2010-2012

Semua orang mesti waspada pada 2011-2012. Saat itu diperkirakan dampak cuaca antariksa sedang mencapai puncak. Akibatnya, transmisi listrik akan terganggu, sistem satelit kacau, navigasi tak bisa dipercaya, bahkan bahaya radiasi pun mengancam kesehatan manusia.

Cuaca antariksa adalah perubahan kondisi antariksa yang diakibatkan aktivitas matahari. Seperti layaknya bumi, matahari juga memiliki musim. Pada suatu saat bisa saja tenang, namun pada saat yang lain matahari bisa juga sangat aktif.

Matahari melakukan aktivitasnya dengan melepaskan energinya. Saat itu, pusat tata surya kita ini memancarkan radiasi dan melontarkan partikel-partikel yang berasal dari ledakan flare dan CME (coronal mass ejection).

Kekuatan ledakan besar dari flare (yang menghasilkan radiasi) bisa setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom di Hiroshima. Sedangkan ledakan CME (menghasilkan partikel padat) mencapai kecepatan 400 km/detik. Tingkat kecepatan partikel dan energi yang dipancarkan matahari tersebut bervariasi tergantung angin surya (solar wind). Aktivitas-aktivitas itulah yang memengaruhi cuaca antariksa.

Aktivitas tersebut akan semakin sering terjadi saat terjadi badai matahari. Cuaca antariksa saat itu dipastikan sangatlah ekstrem. Hal itu terjadi dalam siklus sebelas tahun. Biasanya keadaan itu ditandai dengan kemunculan sunspot. Sunspot adalah bintik hitam yang muncul di permukaan matahari.

Adanya siklus tersebut membantu informasi mengenai masa aktifnya matahari. Terakhir, aktivitas matahari mencapai puncak pada 2001. Diperkirakan hal ini akan terulang pada2011 atau 2012.

Peneliti bidang matahari dan antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Kota Bandung Emanuel Sungging Mumpuni, M.Si. menyatakan, keaktifan matahari akan berpengaruh kepada perubahan kemagnetan dan kelistrikan atmosfer.

Misalnya pada lapisan ionosfer, radiasi matahari akan menimbulkan elektron dan ion bebas sehingga terdapat muatan listrik di dalam lapisan ini. Emanuel mengatakan, semakin muatan listriknya besar, hal ini akan mengakibatkan penundaan waktu (delay ionosfer) bagisatelit untuk mengirimkan informasi ke bumi.

"Hal ini tentunya akan berdampak besar pada kehidupan manusia. Apalagi dalam dua dekade terakhir penggunaan satelit bagi manusia sangat intensif. Saat ini satelit sangat diandalkan bagi penggunaan global positioning system (GPS), televisi satelit, dan penggunaan telepon seluler," ujar Emanuel.

Radiasi matahari juga sangat berpengaruh terhadap jumlah kerapatan (densitas) elektron dan ion bebas pada lapisan ini. Hal ini berdampak pada kelancaran komunikasi radio yang mengandalkan pantulan sinyal terhadap ionosfer. "Jika kerapatannya berubah, frekuensinya bisa tidak pas," katanya.

Cuaca antariksa pun akan memengaruhi geomanet, yakni medan magnet bumi yang berada di lapisan magnetosfer. Partikel-partikel yang terlontar dari matahari, kata Emanuel mengandung medan magnet. Jika menumbuk magnetosfer, hal itu akan menimbulkan interplanetary shock (IPS) dan bisa mengakibatkan terjadinya badai geomagnet.

Pertanda alam yang menunjukkan peristiwa itu adalah kemunculan aurora di daerah yang dekat dengan kutub. Apabila hal itu terjadi, lonjakan medan listrik secara tiba-tiba dapat terjadi. Dikatakan Emanuel, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan teknologi tinggi seperti peralatansatelit , komunikasi, dan sistem jaringan distribusi listrik. Di negara maju yang menggunakan kereta listrik, hal ini juga dapat merusak komponen alat transportasi tersebut.

Padamnya listrik secara besar-besaran akibat cuaca antariksa pernah terjadi di Kanada pada tahun 1989. "Saat itu sepertiga daerah Kanada gelap gulita selama sembilan jam,"kata Emanuel.

Tidak hanya listrik , Emanuel bahkan menyatakan di Australia dilaporkan badai geomagnetik menimbulkan korosi pada saluran pipa. Ini tentunya berbahaya apabila terjadi kebocoran pada saluran pipa minyak bumi atau gas.

Timbulnya badai geomagnetik juga kadang "menipu" pencatat data variasi medan magnetik. Pada data akan timbul lonjakan medan magnetik seolah-olah akan datang gempa.

"Oleh karena itu, jika menemukan hal itu para peneliti harus membandingkan data tersebut dengan daerah lain yang jauh apakah terjadi hal serupa. Jika daerah lain mencatat hal yang sama, dimungkinkan adalah sedang terjadinya badai geomagnet,"kata Emanuel.

Tidak hanya itu, peneliti bidang ionosfer dan telekomunikasi Lapan Kota Bandung, Drs. Effendy, M.Sc., menyatakan tubrukan medan magnet itu juga mengacaukan geomagnet. Maka, tak heran apabila jarum kompas menunjukkan arah yang salah. Bagi para penjelajah hal ini sangat fatal karena bisa mengakibatkan mereka tersesat.

Saat geomagnet terganggu, kata Effendy, binatang yang memiliki magnet halus di otaknya sebagai navigasi pun akan berubah perilakunya. Seperti burung yang sedang bermigrasi, tiba-tiba kehilangan arah, tersesat, kebingungan, bahkan bisa menabrak benda saat terbang.

Selain itu, Effendy juga menyebutkan cuaca antariksa berdampak pula pada kesehatan manusia. Dikatakan dia dari hasil berbagai penelitian dilaporkan aktivitas geomagnet berkolerasi dengan jumlah serangan jantung yg dialami populasi penduduk Moskow. Penelitian lainnya,kata Effendy, menyatakan detak jantung dan tekanan darah bayi baru lahir berkorelasi dengan aktivitas magnet bumi.

Effendy memperkirakan hal ini terkait dengan adanya medan magnet di tubuh manusia. Jika tubuh manusia menerima medan magnet dalam ukuran kecil, hal itu mungkin saja bisa membantu kesehatan. Namun, akan lain ceritanya jika manusia menghadapi medan magnet yang berkekuatan besar. Hal itu pastinya tidak baik bagi kesehatan.

Partikel yang bermuatan listrik dari matahari juga menimbulkan radiasi yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Radiasi ini dapat memicu kanker dan kerusakan organ tubuh.

Untungnya, Effendy menyampaikan untuk masyarakat di kawasan Indonesia dampak cuaca antariksa bagi kesehatan relatif kecil. Radiasi matahari lebih besar di kawasan lintang tinggi. Semakin dekat dengan kutub, radiasi tersebut akan semakin besar. Tetapi, tentunya kita tetap harus berhati-hati. Pengetahuan mengenai kapan aktivitas matahari berlangsung tentunya dapat membantu.
Lapan Uji Coba Roket Bermuatan Satelit

indosiar.com, Garut - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan Minggu (20/06/10) siang, kembali melakukan uji coba peluncuran roket dengan muatan satelit mitigasi bencana di Pameungpeuk Garut, Jawa Barat. Peluncuran roket sebanyak 3 buah ini merupakan kerjasama tahap awal antara Lapan dengan Orari untuk membangun satelit mikro Lapan-Orari.

Setelah beberapa kali melakukan uji terbang roket Lapan di Pameungpeuk Garut, Jawa Barat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional kembali melakukan uji coba peluncuran roket sebanyak tiga buah, dengan jenis yang sama yaitu roket jenis RX 200. Roket RX 200 hasil karya Lapan ini, bermuatan satelit mitigasi bencana, diluncurkan satu persatu dengan rentang waktu masing-masing 90 menit.

Roket pertama, untuk uji dinamika terbang roket dan dua roket berikutnya membawa muatan komunikasi digital amatir radio Automatic Position Reporting System atau APRS. APRS inilah yang menjadi cikal bakal pembangunan satelit Lapan - Orari.

Uji coba peluncuran roket RX 200 ini merupakan hasil kerjasama antara Lapan dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia atau Orari. Roket RX 200 yang memiliki panjang 6,2 meter, berdiameter 420 milimeter dan berat 1 ton ini, mampu menjelajah ke udara hingga ketinggian mencapai 23 kilometer dalam waktu kurang dari 1 menit.

Misi satelit Lapan - Orari yaitu membantu upaya penanggulangan bencana alam, dengan menyediakan sarana komunikasi amatir radio di lokasi bencana. Selain itu juga, memanfaatkan PHF radio Biken dengan frekuensi 145 Mhz bagi komunitas Orari. Nantinya, anggota Orari akan menerima sinyal dari muatan roket yang diluncurkan pada frekuensi tersebut. Selama ini, komunikasi Orari sering terhambat karena terhalang gunung.

Rabu, 08 September 2010

Beberapa tahun yang lalu, mungkin ada yang masih ingat, ketika ramai dibicarakan bahwa Mars akan mendekati Bumi dengan ukuran sebesar Bulan, tentunya tidak!

Oposisi Mars dilihat dari arah kutub. Kredit : ESA

Oposisi Mars dilihat dari arah kutub. Kredit : ESA

Memang benar bahwa dalam lintasannya mengitari Matahari, baik Bumi dan Mars pada suatu ketika berada pada suatu posisi yang saling mendekat satu sama lain, karena lintasan Bumi, Mars, tidaklah merupakan lingkaran sempurna, tetapi berupa lintasan elips, dengan Matahari berada pada salah satu titik fokus elips.

Bumi bergerak mengitari Matahari lebih cepat daripada Mars, dan setiap 26 bulan, Bumi akan mendahului Mars melalui lintasan dalam, dan ketika itu, saat Matahar-Bumi-Mars berada pada segaris, dikenal sebagai oposisi Mars. Maka, oposisi Mars akan selalu terjadi setiap 26 bulan, dan biasanya di waktu oposisi tersebut maka, Bumi dan Mars berada pada posisi yang saling berdekatan.

Simulasi posisi Bumi-Mars & Matahari dapat dilihat di sini.

Jarak antara Bumi dan Mars tidak selalu sama setiap oposisi, karena orbit Mars yang sedikit lebih lonjong, maka jarak terdekat antara Bumi dan Mars tidak selalu tepat saat oposisi, tetapi selalu berada di sekitar waktu oposisi, yang berselisih beberapa hari dari waktu oposisinya. Dan biasanya, pada saat saling mendekat itu, maka Mars akan tampak cerlang dan cerlang, lebih kemerahan, kelihatan lebih jelas, baik diamati mempergunakan mata, binokular ataupun teleskop, tetapi yang pasti, tidak akan mencapai sebesar Bulan!

Oleh karena bentuk geometri yang unik itu, maka setiap terjadi jarak yang terdekat antara Bumi-Mars (yang berperiode 26 bulan itu), tidak akan pernah sama dari satu kejadian ke kejadian berikutnya. Pada kejadian oposisi Mars tahun 2003, yang dikenal sebagai peristiwa Mars dalam posisi paling dekat (sedekat-dekatnya) dengan Bumi, jarak yang terhitung sebagai terdekat adalah 55758006 km, dengan diameter tampak sekitar 25″; dan fenomena ini hanya bisa terjadi setiap 60 ribu tahun. Besarkah itu? Bagi yang beruntung mengamati saat itu, Mars masih tetap sama seperti Mars yang telah diamati nenek moyang kita, dengan mata telanjang, masih berupa noktah merah terang di langit. Bahkan dengan teleskop sekalipun, tidak banyak berubah kenampakannya, hanya, detilnya agak lebih tampak sedikit.

Mars jelang oposisi yang dipotret Hubble sejak tahun 1995 - 2007.Kredit : NASA/Hubble

Mars jelang oposisi yang dipotret Hubble sejak tahun 1995 - 2007.Kredit : NASA/Hubble

Dan kemudian, di awal tahun 2010 ini, melalui siklus 26-bulan berikutnya (sesudah 2007), maka si merah kembali mendekat dengan Bumi! Di bulan Januari ini, Mars telah mencapai kecerlanganan mencapai sekitar -1 magnitudo, cukup terang teramati di langit sebagai suatu noktah merah yang jelas terlihat mempergunakan mata telanjang. Pada tanggal 27 Januari 2010, posisi terdekatnya mencapai 99 juta km, dengan diameter tampak sekitar 14″, lalu, oposisi Mars tercapai pada tanggal 29 Januari 2010, dengan magnitudo mencapai -1,28. Mars akan berada dalam kondisi yang sangat cerlang dengan magnitudo di sekitar -1, sampai dengan tanggal 14 Februari 2010, dan sesudah itu akan semakin meredup.

Lalu, bagaimana kita menemukan Mars? Mudah, di bulan-bulan ini, ketika sore, carilah ke arah terbit di timur, apabila ada sebuah noktah yang cerlang berwarna kemerahan, besar kemungkinan itulah dia. Apabila kita telah mengetahui tentang rasi-rasi di langit, (mempergunakan peta langit sangat membantu), atau mempergunakan peta bintang dari langitselatan , carilah rasi Cancer, maka disitulah ia berada!

Jadi, tunggu apa lagi? Apabila langit cerah, segeralah cari di mana sang Dewa Perang berada!

Tata Surya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Gambaran umum Tata Surya (digambarkan tidak sesuai skala): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan Eris.

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami, yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

Daftar isi

[sembunyikan]

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.
Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya
Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]

Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara matahari, terkecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit, atau bulan. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8] Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]

Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.[12]

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.

Zona planet

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata antara planet-planet dengan matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Matahari dilihat dari spektrum sinar-X

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet. Badai geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar flares) dan pengeluaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22]

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai bulan dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius (0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA) berukuran lebih keci dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]

Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid.[40]

Ceres
Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kelompok asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. Bulan asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari bulan-bulan planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini mengedari matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berdasarkan skala

Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[45] Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Daerah trans-Neptunus

Plot seluruh obyek sabuk Kuiper
Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]

Pluto dan Charon
Pluto dan ketiga bulannya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua bulan yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berarti Pluto mengedari matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama disebut plutino.[58]

Haumea dan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan memiliki dua bulan. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan
Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]

Eris

Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu bulan Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.

Daerah terjauh

Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin matahari dan gravitasi matahari. Batasan terjauh pengaruh angin matahari kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.

Heliopause

Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA dari matahari pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan kelakuan mirip seperki ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin matahari berhenti dan ruang antar bintang bermula.

Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin matahari. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang sedang berjalan, yang mempelajari daerah antara Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:

Karakteristik Merkurius Venus Bumi Mars Yupiter Saturnus Uranus Neptunus
Jarak orbit (juta km) (SA) 57,91 (0,39) 108,21 (0,72) 149,60 (1,00) 227,94 (1,52) 778,41 (5,20) 1.426,72 (9,54) 2.870,97 (19,19) 4.498,25 (30,07)
Waktu edaran (tahun) 0,24 (88 hari) 0,62 (224 hari) 1,00 1,88 11,86 29,45 84,02 164,79
Jangka rotasi 58,65 hari 243,02 hari 23 jam 56 menit 24 jam 37 menit 9 jam 55 menit 10 jam 47 menit 17 jam 14 menit 16 jam 7 menit
Eksentrisitas edaran 0,206 0,007 0,017 0,093 0,048 0,054 0,047 0,009
Sudut inklinasi orbit (°) 7,00 3,39 0,00 1,85 1,31 2,48 0,77 1,77
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°) 0,00 177,36 23,45 25,19 3,12 26,73 97,86 29,58
Diameter ekuator (km) 4.879 12.104 12.756 6.805 142.984 120.536 51.118 49.528
Massa (dibanding Bumi) 0,06 0,81 1,00 0,15 317,8 95,2 14,5 17,1
Kepadatan menengah (g/cm³) 5,43 5,24 5,52 3,93 1,33 0,69 1,27 1,64
Suhu permukaan
min.
menengah
maks.

-173 °C
+167 °C
+427 °C

+437 °C
+464 °C
+497 °C

-89 °C
+15 °C
+58 °C

-133 °C
-55 °C
+27 °C


-108 °C


-139 °C


-197 °C


-201 °C

Konteks galaksi

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti
Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex matahari, arah jalur matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan konstelasi Herkules terarah pada posisi akhir bintang Vega.[69]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70] Tata Surya juga terletak jauh dari daerah padat bintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga mempengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah mempengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah matahari dalam bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.[71]

Daerah lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya. Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73] Bintang tunggal terdekat yang mirip matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.